Refleksi 105 Tahun Kebangkitan Nasional
Oleh : Daris Wibisono
Setiawan, SS, M.Pd
Bung Karno telah menuliskan wasiat dengan tinta emas bagi bangsa
Indonesia sebuah kalimat singkat yang penuh makna yaitu JAS MERAH, Jangan
sekali-sekali melupakan sejarah. Sungguh sebuah wasiat yang masih sangat
relevan bagi setiap insan manusia sebagai bahan kontemplasi untuk perubahan
yang lebih baik secara “jamaah” untuk keharmonisan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Hari kebangkitan nasional ditasbihkan menjadi hari besar nasional tentu
saja mempunyai riwayat peristiwa yang luar biasa dan diakui oleh sejarawan dan
seluruh manusia Indonesia sampai detik ini. Peristiwa ini diawali dengan
tonggak berdirinya organisasi pertama di wilayah Nusantara saat itu dengan nama
Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu
Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Kelahiran Boedi Oetomo sendiri pada
awalnya digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada awalnya Boedi Oetomo
bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan bukan bersifat politik. Boedi Oetomo
menjadi awal gerakan yang bertujuan kemerdekaan Indonesia.
Proses kebangkitan
nasional dengan lahirnya Boedi Oetomo ini sejarah bangsa dengan sangat jelas
melukiskan bahwa di mana masa perjuangan Bangsa Indonesia pada awal dimulainya abad
ke - 20 banyak mengalami perubahan-perubahan yang signifikan karena
kegagalan-kegagalan perlawanan fisik yang telah dilakukan oleh para Pahlawan
Bangsa dan para pendahulunya, di masa perjuangan sebelumnya. Dengan mewujudkan
suatu strategi persatuan dan kesadaran dalam bernegara bagi Bangsa Indonesia,
di mana pada masa sebelumnya, perlawanan-perlawanan fisik yang telah dilakukan,
banyak yang masih bersifat teritoris atau kedaerahan yang bertumpu pada
kekuatan prajurit kerajaan serta kekuatan rakyat setempat, sehingga kekuatan
sebagian-sebagian kecil Bangsa Indonesia tersebut mudah dipatahkan oleh
Pemerintahan Kolonialisme. Demikian pula dengan adanya bantuan atau pertolongan
dari wilayah Kerajaan lain, karena kedudukan setiap wilayah pemerintahan kerajaan
juga sangat mudah dikuasai oleh pemerintahan kolonialisme, di mana di dalam
peta penguasaan, wilayah-wilayah strategis antar wilayah kerajaan juga telah
dikuasai , dengan penerapan berbagai metode penguasaan serta politik “
devide et impera “, telah mudah memecah belah wilayah pendudukan serta persatuan
antara para Bangsawan Kerajaan , kekuatan rakyat serta tali persaudaraan dan
persahabatan yang telah terjalin sebelumnya.
Romantisme masa lampau sejarah kebangkitan nasional menjadi wajib
dilakukan dengan tujuan dapat menjadi benteng yang kokoh dalam setiap diri
khususnya generasi penerus bangsa ditengah terkikisnya budaya bangsa. Realitas sosial
yang hampir setiap detik menjadi tayangan tanpa sensor yang dikemas dengan
sangat menarik di media cetak dan elektronik sungguh potret buram bangsa
Indonesia. Para politisi yang ngakunya seorang “demokrat” sampai yang
“berkalung sorban” ternyata telah menjadi “pasien” Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), dari korupsi materi sampai daging sapi. Belum sempat jutaan mata
berkedip melihat ratusan milyar dikorupsi oleh perwira polisi ternyata ada
bintara polisi diujung republik ini yang disakunya tersimpan uang 1,7 Triliun. Ironisnya,
para pasien KPK tersebut dengan kemapuan bersilat lidahnya mampu merangkai
kata-kata indah yang bertabur alibi bermain sandiwara yang sangat indah layknya
pemain sinetron. Sementara itu, satu level strata sosial dibawahnya juga tergambarkan
fenomena yang sama seperti; kasus pemerasan hingga pemerkosaan yang dilakukan
oleh Gank Motor Klewang, pembunuhan sadis anak pada ibu kandungnya, maraknya
kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar, dan masih banyak lagi contoh yang
lainnya. Sementara itu, didalam dunia pendidikan ternyata juga menyimpan sekian
permasalahan terkait tentang degradasi moralitas. Hal ini terlihat dari berbagai macam kasus akhir-akhir ini seperti;
indikator kecurangan pelaksanaan ujian nasional secara tersistem, pelecehan
seksual yang dilakukan guru (agama) kepada siswanya hingga berlangsung lama,
hingga kekerasan sepihak guru yang dilakukan kepada anak didiknya.
Seratus lima tahun kebangkitan nasional sangat layak menjadi momentum
kebangkitan bersama generasi penerus bangsa dengan menggali nilai-nilai
karakter sejarah terjadinya kebangkitan nasional yang ditandai dengan
berdirinya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Adapun nilai-nilai karakter yang
dapat diambil dari sejarah kebangkitan nasional adalah sebagai berikut;
- Semangat cinta tanah air untuk secara bersama-sama keluar dari belenggu penjajahan dengan cara mengorganisir diri menjadi simpul-simpul kekuatan.
- Jiwa leadership yang tangguh dan positif melalui organisasi yang professional dan berkualitas.
- Berani menanggung resiko mendirikan organisasi ditengah nuansa penjajahan bangsa lain.
- Sikap kerjasama, tangguh, peduli, dan cerdas para pendiri organisasi Boedi Oetomo untuk
mendirikan perkumpulan sebagai batu pijakan strategi perlawanan baru yang
lebih cerdas.
Maraknya permasalahan sosial dan perilaku menyimpang yang sangat beragam
seperti tersebut dalam contoh-contoh di atas harus segera diselesaikan secara
“jamaah” oleh semua komponen masyarakat melalui semangat 105 tahun kebangkitan
nasional khususnya menyelamatkan generasi muda penerus bangsa yang semakin
tergerus moralnya. Harus diakui, bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa hal antara lain kesalahan
sistem pengajaran di sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi
kultural, kurangnya perhatian orang tua, dan kurangnya kepedulian masyarakat
pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu
dilakukan secara sistemik dan komprehensif melalui lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah. Hal ini dapat dapat
dikaji dan dilakukan melalui berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) yaitu
agama, IPS, moral (PPKn), olahraga kesehatan, biologi, Psikologi, sosial,
hukum, dan politik. Untuk mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya
kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara kompak
sehingga permasalahan yang di hadapi para remaja dapat ditangulangi secara
tuntas.
Dengan nafas 105 tahun
kebangkitan nasional, strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
sekaligus menghapus kenakalan remaja dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
- Penanganan di Lingkungan Sekolah
Salah satu penyebab anak usia
sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam
kehidupanya. Dengan demikian, mereka sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang
ada di masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih
menekankan pada aspek kognitif, ke sistem pengajaran yang seimbang antara
kognektif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut akan
memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek
afektif (sikap, minat, sistem nilai, apresiasi) akan berdampak positif terhadap
perilaku siswa. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan
berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang studi. Menanggulangi
masalah kenakalan remaja termasuk pengguna narkoba (narkotik dan obat terlarang
) khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru agama, IPS, PPKn, bimbingan
konseling, olahraga kesehatan, dan biologi secara terintegrasi.
- Penanganan di lingkungan keluarga
Keluarga sebagai tempat
pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku
anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai,
norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut yang harus dilakukan
orang tua antar lain adalah sebagai berikut:
Pertama,
harus ditanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak. Karena agamalah yang
dapat mengendalikan perilaku manusia. Jika melakukan ajaran agama dengan baik
maka baiklah perilakunya tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang dihadapi remaja ditinjau dari
agama dan bidang lain, melakukan sholat berjamaah. Kedua, orang tua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul
dengan anaknya dalam rangka memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik
serta permasalahan yang dihadapi anaknya. Memecahkan permasalahan yang dihadapi
anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, dengan
mendengarkan pemasukan dari semua amggota keluarga maka permasalahan tersebut
dapat diselesaikan lebih baik. Ketiga, orang
tua harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat
lebih mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik ataukah anak
brandalan. Perilaku remaja selain dipegaruhi oleh keluarga juga oleh teman
sebaya, maka dalam memilih teman bergaul juga harus memperhatikan latar
belakangnya. Orang tua dengan mengetahui teman-teman dekatnya sehingga mereka
dapat memberikan suatu pandangan kepada anaknya bagaimana seharusnya bergaul.
- Penanganan di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)
Kepedulian masyarakat terhadap
masalah remaja perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengawasi
kegiatan remaja dalam masyarakat. Masyarakat hendaknya memberikan suatu saran
kepada para remaja jika mereka melakukan suatu tindakan yang menyimpang dari
niai-niai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kepedulian ini juga dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang berwajib (polisi) jika mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian, minum-minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainya. Kepedulian masyarakat ini akan membantu dalam mengatasi permasahan kenakalan remaja. Hal lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah mengajak remaja dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat (gotong royong, aktif dalam kegiatan kepemudaan, keagamaan) serta memberikan suatu keterampilan yang berguna dalam hidupnya.
Kepedulian ini juga dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang berwajib (polisi) jika mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian, minum-minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainya. Kepedulian masyarakat ini akan membantu dalam mengatasi permasahan kenakalan remaja. Hal lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah mengajak remaja dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat (gotong royong, aktif dalam kegiatan kepemudaan, keagamaan) serta memberikan suatu keterampilan yang berguna dalam hidupnya.
- Penanganan oleh Pemerintah (bidang politik)
Generasi muda adalah pemegang
tongkat estafet pembangunan bangsa. Ada sebagian masyarakat kita berpendapat
jika pemuda rusak maka rusaklah bangsa namun jika pemuda baik, maka baiklah
bangsa ini. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menyiapkan generasi muda
yang beriman dan bartaqwa, berkepribadian luhur, dan kreatif. Untuk mewujudkan
itu maka pemerintah harus memiliki langkah-langkah kongkrit. Langkah-langkah
tersebut antara lain:
- Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan seperti karang taruna, KNPI, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain.
- Melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada remaja sampai ketingkat pedesaan.
- Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda. Kegiatan ini akan memberikan suatu keterampilan para remaja sehingga bisa mengurangi pengangguran.
- Memberikan hukuman yang berat kepada pengguna narkoba dan tindak kriminal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang menggunakan narkoba, melakukan tindakan kriminal, minum-minuman keras pada umumnya mereka sudah mengetahui bahaya narkoba bagi kesehatan, akibat melanggar hukum, dan tindakan merugikan orang lain namun mereka tetap melakukan. Hal ini karena kurang tegaknya hukum, maka untuk membuat jera perlu adanya hukuman yang lebih berat.