Sabtu, 18 Mei 2013

Refleksi 105 Tahun Kebangkitan Nasional


Refleksi 105 Tahun Kebangkitan Nasional
Oleh : Daris Wibisono Setiawan, SS, M.Pd

Bung Karno telah menuliskan wasiat dengan tinta emas bagi bangsa Indonesia sebuah kalimat singkat yang penuh makna yaitu JAS MERAH, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Sungguh sebuah wasiat yang masih sangat relevan bagi setiap insan manusia sebagai bahan kontemplasi untuk perubahan yang lebih baik secara “jamaah” untuk keharmonisan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hari kebangkitan nasional ditasbihkan menjadi hari besar nasional tentu saja mempunyai riwayat peristiwa yang luar biasa dan diakui oleh sejarawan dan seluruh manusia Indonesia sampai detik ini. Peristiwa ini diawali dengan tonggak berdirinya organisasi pertama di wilayah Nusantara saat itu dengan nama Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Kelahiran Boedi Oetomo sendiri pada awalnya digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada awalnya Boedi Oetomo bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan bukan bersifat politik. Boedi Oetomo menjadi awal gerakan yang bertujuan kemerdekaan Indonesia.
Proses kebangkitan nasional dengan lahirnya Boedi Oetomo ini sejarah bangsa dengan sangat jelas melukiskan bahwa di mana masa perjuangan Bangsa Indonesia pada awal dimulainya abad ke - 20 banyak mengalami perubahan-perubahan yang signifikan karena kegagalan-kegagalan perlawanan fisik yang telah dilakukan oleh para Pahlawan Bangsa dan para pendahulunya, di masa perjuangan sebelumnya. Dengan mewujudkan suatu strategi persatuan dan kesadaran dalam bernegara bagi Bangsa Indonesia, di mana pada masa sebelumnya, perlawanan-perlawanan fisik yang telah dilakukan, banyak  yang masih bersifat teritoris atau kedaerahan yang bertumpu pada kekuatan prajurit kerajaan serta kekuatan rakyat setempat, sehingga kekuatan sebagian-sebagian kecil Bangsa Indonesia tersebut mudah dipatahkan oleh Pemerintahan Kolonialisme. Demikian pula dengan adanya bantuan atau pertolongan dari wilayah Kerajaan lain, karena kedudukan setiap wilayah pemerintahan kerajaan juga sangat mudah dikuasai oleh pemerintahan kolonialisme, di mana di dalam peta penguasaan, wilayah-wilayah strategis antar wilayah kerajaan juga telah dikuasai , dengan penerapan berbagai metode penguasaan serta politik “ devide et impera “, telah mudah memecah belah wilayah pendudukan  serta persatuan antara para Bangsawan Kerajaan , kekuatan rakyat serta tali persaudaraan dan persahabatan yang telah terjalin sebelumnya.
Romantisme masa lampau sejarah kebangkitan nasional menjadi wajib dilakukan dengan tujuan dapat menjadi benteng yang kokoh dalam setiap diri khususnya generasi penerus bangsa ditengah terkikisnya budaya bangsa. Realitas sosial yang hampir setiap detik menjadi tayangan tanpa sensor yang dikemas dengan sangat menarik di media cetak dan elektronik sungguh potret buram bangsa Indonesia. Para politisi yang ngakunya seorang “demokrat” sampai yang “berkalung sorban” ternyata telah menjadi “pasien” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dari korupsi materi sampai daging sapi. Belum sempat jutaan mata berkedip melihat ratusan milyar dikorupsi oleh perwira polisi ternyata ada bintara polisi diujung republik ini yang disakunya tersimpan uang 1,7 Triliun. Ironisnya, para pasien KPK tersebut dengan kemapuan bersilat lidahnya mampu merangkai kata-kata indah yang bertabur alibi bermain sandiwara yang sangat indah layknya pemain sinetron. Sementara itu, satu level strata sosial dibawahnya juga tergambarkan fenomena yang sama seperti; kasus pemerasan hingga pemerkosaan yang dilakukan oleh Gank Motor Klewang, pembunuhan sadis anak pada ibu kandungnya, maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Sementara itu, didalam dunia pendidikan ternyata juga menyimpan sekian permasalahan terkait tentang degradasi moralitas. Hal ini terlihat dari  berbagai macam kasus akhir-akhir ini seperti; indikator kecurangan pelaksanaan ujian nasional secara tersistem, pelecehan seksual yang dilakukan guru (agama) kepada siswanya hingga berlangsung lama, hingga kekerasan sepihak guru yang dilakukan kepada anak didiknya.
Seratus lima tahun kebangkitan nasional sangat layak menjadi momentum kebangkitan bersama generasi penerus bangsa dengan menggali nilai-nilai karakter sejarah terjadinya kebangkitan nasional yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. Adapun nilai-nilai karakter yang dapat diambil dari sejarah kebangkitan nasional adalah sebagai berikut;
  1. Semangat cinta tanah air untuk secara bersama-sama keluar dari belenggu penjajahan dengan cara mengorganisir diri menjadi simpul-simpul kekuatan.
  2. Jiwa leadership yang tangguh dan positif melalui organisasi yang professional dan berkualitas.
  3. Berani menanggung resiko mendirikan organisasi ditengah nuansa penjajahan bangsa lain.
  4. Sikap kerjasama, tangguh, peduli, dan cerdas para pendiri organisasi Boedi Oetomo untuk
mendirikan perkumpulan sebagai batu pijakan strategi perlawanan baru yang lebih cerdas.
Maraknya permasalahan sosial dan perilaku menyimpang yang sangat beragam seperti tersebut dalam contoh-contoh di atas harus segera diselesaikan secara “jamaah” oleh semua komponen masyarakat melalui semangat 105 tahun kebangkitan nasional khususnya menyelamatkan generasi muda penerus bangsa yang semakin tergerus moralnya. Harus diakui, bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa hal antara lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orang tua, dan kurangnya kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu dilakukan secara sistemik dan komprehensif melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah. Hal ini dapat dapat dikaji dan dilakukan melalui berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) yaitu agama, IPS, moral (PPKn), olahraga kesehatan, biologi, Psikologi, sosial, hukum, dan politik. Untuk mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara kompak sehingga permasalahan yang di hadapi para remaja dapat ditangulangi secara tuntas.
Dengan nafas 105 tahun kebangkitan nasional, strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir sekaligus menghapus kenakalan remaja dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
  1. Penanganan di Lingkungan Sekolah
Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam kehidupanya. Dengan demikian, mereka sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang ada di masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sistem pengajaran yang seimbang antara kognektif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif (sikap, minat, sistem nilai, apresiasi) akan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja termasuk pengguna narkoba (narkotik dan obat terlarang ) khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru agama, IPS, PPKn, bimbingan konseling, olahraga kesehatan, dan biologi secara terintegrasi.
  1. Penanganan di lingkungan keluarga
Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut yang harus dilakukan orang tua antar lain adalah sebagai berikut:
Pertama, harus ditanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak. Karena agamalah yang dapat mengendalikan perilaku manusia. Jika melakukan ajaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang dihadapi remaja ditinjau dari agama dan bidang lain, melakukan sholat berjamaah. Kedua, orang tua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya. Memecahkan permasalahan yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, dengan mendengarkan pemasukan dari semua amggota keluarga maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan lebih baik. Ketiga, orang tua harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebih mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik ataukah anak brandalan. Perilaku remaja selain dipegaruhi oleh keluarga juga oleh teman sebaya, maka dalam memilih teman bergaul juga harus memperhatikan latar belakangnya. Orang tua dengan mengetahui teman-teman dekatnya sehingga mereka dapat memberikan suatu pandangan kepada anaknya bagaimana seharusnya bergaul.
  1. Penanganan di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)
Kepedulian masyarakat terhadap masalah remaja perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengawasi kegiatan remaja dalam masyarakat. Masyarakat hendaknya memberikan suatu saran kepada para remaja jika mereka melakukan suatu tindakan yang menyimpang dari niai-niai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kepedulian ini juga dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang berwajib (polisi) jika mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian, minum-minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainya. Kepedulian masyarakat ini akan membantu dalam mengatasi permasahan kenakalan remaja. Hal lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah mengajak remaja dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat (gotong royong, aktif dalam kegiatan kepemudaan, keagamaan) serta memberikan suatu keterampilan yang berguna dalam hidupnya.
  1. Penanganan oleh Pemerintah (bidang politik)
Generasi muda adalah pemegang tongkat estafet pembangunan bangsa. Ada sebagian masyarakat kita berpendapat jika pemuda rusak maka rusaklah bangsa namun jika pemuda baik, maka baiklah bangsa ini. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menyiapkan generasi muda yang beriman dan bartaqwa, berkepribadian luhur, dan kreatif. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah harus memiliki langkah-langkah kongkrit. Langkah-langkah tersebut antara lain:
  1. Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan seperti karang taruna, KNPI, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain.
  2. Melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada remaja sampai ketingkat pedesaan.
  3. Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda. Kegiatan ini akan memberikan suatu keterampilan para remaja sehingga bisa mengurangi pengangguran.
  4. Memberikan hukuman yang berat kepada pengguna narkoba dan tindak kriminal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang menggunakan narkoba, melakukan tindakan kriminal, minum-minuman keras pada umumnya mereka sudah mengetahui bahaya narkoba bagi kesehatan, akibat melanggar hukum, dan tindakan merugikan orang lain namun mereka tetap melakukan. Hal ini karena kurang tegaknya hukum, maka untuk membuat jera perlu adanya hukuman yang lebih berat.