KETIKA
PELAJARAN IPS SMK “TERBUANG”
Oleh : Daris Wibisono Setiawan, SS,
M.Pd
Mendung bergulung begitu pekat, menggantikan indahnya bias pelangi yang
menggantung di langit. Begitulah kiranya gambaran dunia pendidikan khususnya
para guru ketika melihat proses “evolusi” kurikulum di Indonesia. Rasa paranoid
yang begitu hiperbola mulai dari dihapusnya beberapa mata pelajaran, kegundahan
terhadap nasib sertifikasi karena jam pelajaran yang menjadi sedikit dalam
kurikulum 2013, sampai pada tingginya isu pensiun dini bagi guru yang tidak
linear dengan mata pelajaran yang ada dalam kurikulum 2013. Untung saja, masih
banyak guru yang bernafaskan “Oemar
Bakrie” yang dengan ketulusan hatinya berseloroh “biarkan saja begitu
adanya, mengalir saja seperti air dan biarkan saja yang membuat kurikulum itu
menata peran dan fungsi kita nantinya”.
Kebijakan
pemerintah dalam menciptakan dan menumbuh-kembangkan pendidikan SMK adalah
untuk menciptakan lulusan yang siap kerja-cerdas dan kompetitif dalam mengisi
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Potret buram lulusan SMK yang “tidak
sukses” dalam DU/DI dan menjadi masalah baru ketika memasuki dunia kerja dengan
indikator seperti; lemahnya etos kerja, rendahnya jiwa leadership, dan minimnya implementasi pendidikan karakter lulusan
SMK. Harus diakui, bahwa pendadaran pendidikan karakter dan akhlak mulia dalam
satuan pendidikan SMK telah berjalan sinergis melalui segitiga emas mata
pelajaran IPS, PKN, dan Agama. Mata pelajaran IPS sangat signifikan dalam
membantu upaya pembentukan karakter siswa dengan melihat-memahami-mendalami-dan
menghayati fenomena sosial di masyarakat serta mampu melakukan pemecahan
masalah sosial yang terjadi silih berganti.
Terhapusnya
mata pelajaran IPS dalam pendidikan SMK seharusnya mendapatkan peninjauan
kembali secara serius oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Harus
disadari, bahwa mata pelajaran IPS pada tingkat pendidikan SMK telah disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Disamping
itu, pendidikan IPS dalam pendidikan SMK sangat diperlukan bagi siswa untuk memahami pengetahuan sosial sehingga sangat berguna
untuk masa depannya, ketrampilan sosial dan kepedulian sosial yang sangat
tinggi sehingga menjadi SDM siap kerja dan penuh tanggung jawab. Pembelajaran
IPS di SMK selama ini telah memberikan ruang ekspresi kepada siswa dalam
mengasah kepekaan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar sebagai aplikasi
Ilmu Pengetahuan Sosial.
Realitas sosial
yang ada di masyarakat dan terus ada sampai saat ini, seperti; kenakalan
remaja, Narkoba, tawuran pelajar, balapan liar, dan perilaku negatif lainnya
harus diakui merupakan hasil dari ketidakmampuan manusia dalam melakukan
pemecahan masalah secara arif dan bijaksana. Setidaknya, dengan pembelajaran
IPS para siswa akan mampu melakukan pemecahan masalah dengan cara yang positif.
Pendidikan IPS berperan sangat penting dalam membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat serta menghadapkan siswa pada berbagai permasalahan yang ada dan
terjadi di lingkungan sekitarnya. Jadi, pada tataran akhirnya peran pendidikan
IPS yang membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan
sosial masyarakatnya.
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya tidak melupakan sejarah bahwa konsep life skills untuk mendorong kesuksesan
lulusan SMK di DU/DI dalam Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari empat jenis,
yaitu: 1) kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal
diri (self awarness) dan kecakapan berpikir rasional (rasional skills); 2)
kecakapan sosial (social skills); 3) kecakapan akademik (academic skills); 4)
kecakapan vokasional (vocasional skills). Kecakapan sosial atau kecakapan antar
personal (interpersonal skills), yang merupakan “value” dalam DU/DI mencakup
antara lain: kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerja sama.
Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, maksudnya bukan
sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan tersampaiannya pesan disertai dengan
kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis, solusi dan penyelesaian
konflik. Ironisnya, kecapakan sosial ini merupakan nilai-nilai positif yang
merupakan implementasi pendidikan IPS.
Pada dasarnya, kristalisasi
keringat telah dilakukan para guru IPS dalam mencapai tujuan pendidikan IPS
agar dapatnya peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Namun, kurikulum
2013 telah siap dilaksanakan dengan sekian catatan penting sebagai hasil uji
publik yang telah dilakukan. Kritikan pedas bahwa kurikulum
2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru
dan pemangku pendidikan serta kurikulum
2013 yang sangat bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan
pada orientasi pragmatis seakan tak membuat langkah mundur pelaksanaan uji coba
kurikulum 2013.
Ketakutan
para guru yang terhapus mata pelajaran yang diampunya telah terjawab secara
diplomatis bahwa kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik integratif yang
melibatkan keterpaduan semua disiplin ilmu dan tidak akan menghapus mata
pelajaran bagaikan senjata pemusnah massal bagi setiap retorika. Pertanyaannya,
apakah derasnya arus globalisasi yang begitu kuat dengan membawa pengaruh
negatif dan telah menjelma menjadi “budaya baru” generasi penerus republik ini
akan mampu dibendung oleh dunia pendidikan tanpa adanya pelajaran IPS yang
terbukti telah mampu mengawal tumbuh-kembangnya tunas pendidikan karakter???. Setidaknya,
desain
ulang terhadap kurikulum 2013 ini perlu dilakukan dengan turut melibatkan guru
karena guru menjadi unsur penting dalam kurikulum baru tersebut.